Lembaga pemeringkat Moody’s Investor Service pada Jumat (13/4) menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi Baa2 dari sebelumnya Baa3 dengan prospek stabil. Namun, indikator risiko investasi di pasar surat utang Indonesia masih tinggi. Ini tercermin dari risiko gagal bayar (Credit Default Swap/CDS) obligasi Pemerintah Indonesia dalam mata uang dolar Amerika Serikat (AS) berdasarkan data Bloomberg masih berada di level 166.
Jika dibandingkan dengan surat utang negara lain dengan peringkat yang sama (Baa2), CDS Indonesia berada di urutan tertinggi kedua setelah Columbia. Selisih persepsi risiko Indonesia masih cukup lebar bila dibandingkan dengan Filipina maupun India yang juga memiliki peringkat setara dari Moody’s. Sementara negara dengan CDS terendah adalah Bulgaria.
Kini peringkat utang Indonesia dalam mata uang dolar AS sudah berada satu level di atas level terbawah layak investasi (investment grade). Dengan naiknya peringkat tersebut diharapkan dapat menurunkan persepsi risiko investasi dan imbal hasil (yield) utang Indonesia. Namun, masih adanya potensi kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed) menjadi penghalang turunnya CDS obligasi pemerintah Indonesia serta terapresiasinya nilai tukar rupiah.