Kesiapan transisi energi Indonesia tergolong cukup kuat di skala Asia Tenggara. Hal ini terlihat dari laporan Fostering Effective Energy Transition 2024 yang dirilis World Economic Forum (WEF).
WEF menilai kesiapan transisi energi 120 negara berdasar puluhan indikator, di antaranya tingkat penggunaan energi bersih, diversifikasi jenis pembangkit listrik, emisi karbon, sampai kesiapan regulasi, keuangan, dan infrastruktur untuk transisi energi.
Hasil penilaiannya kemudian dirumuskan menjadi Energy Transition Index (ETI) dengan sistem skor 0-100. Skor ETI 0 menunjukkan kesiapan atau kinerja yang sangat buruk, sedangkan ETI 100 sangat baik.
Dengan metode tersebut Indonesia memperoleh skor ETI 56,7 pada 2024, masuk peringkat ke-3 di Asia Tenggara atau ke-54 secara global.
Negara Asia Tenggara yang kesiapan transisi energinya lebih baik dari Indonesia adalah Vietnam dan Malaysia, dengan skor seperti terlihat pada grafik.
Adapun menurut WEF, secara umum transisi energi di negara-negara berkembang, seperti di Asia Tenggara, masih terhambat masalah keuangan.
"Banyak negara berkembang menghadapi keterbatasan keuangan yang menghambat kemampuan mereka untuk berinvestasi dalam teknologi dan infrastruktur energi yang lebih bersih," demikian dikutip dari laporan WEF.
"Dukungan dan investasi internasional menjadi penting untuk memfasilitasi transisi energi mereka," lanjutnya.
(Baca: Investasi EBT Turun pada 2023, Migas dan Minerba Naik)