PT Pertamina (Persero) menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax dari Rp9.000 menjadi kisaran Rp12.500-Rp13.000 per liter.
Harga baru tersebut efektif berlaku mulai Jumat, 1 April 2022.
Mengutip data Pertamina, jumlah cadangan stok Pertamax tercatat sebesar 927 ribu kiloliter per 27 Maret 2022.
Cadangan stok tersebut tersebar di kilang, transit kapal, dan depot minyak seperti terlihat pada grafik.
Pertamina memperkirakan cadangan stok Pertamax per 27 Maret 2022 cukup untuk 25,99 hari, lebih tinggi dari ketahanan hari pasokan (coverage days) Pertalite.
Per 27 Maret 2022 stok Pertalite tercatat sebanyak 1,16 juta kiloliter. Namun, stok Pertalite diperkirakan hanya cukup untuk 15,7 hari karena tingkat konsumsinya lebih tinggi ketimbang Pertamax.
Stok Pertamax di Atas Standar, Tapi Pertalite Kurang
Menurut Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Nomor 9 Tahun 2020, penyedia BBM harus memiliki cadangan stok BBM minimal untuk 17 hari pada 2022 dan 2023.
Jika mengacu pada aturan tersebut, stok Pertalite kurang 1,29 hari dari batas minimal yang ditetapkan.
Sementara cadangan stok Pertamax lebih banyak 8,99 hari dari batas minimal.
Konsumen Pertamax Beralih ke Pertalite?
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai kenaikan harga Pertamax berpotensi mendorong konsumen beralih ke Pertalite, mengingat harga Pertalite yang masih dipatok di level Rp7.650 per liter.
“Kalau (harga Pertamax) di bawah Rp15.000 per liter maka shifting (ke Pertalite) tidak terlalu banyak, mungkin 20 persen,” kata Mamit, seperti dilansir Katadata.co.id, Kamis (31/3).
(Baca Juga: Penjualan Pertamax Diproyeksi Melonjak hingga 14,8% pada Ramadan 2022)