Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, lapangan usaha pertambangan dan penggalian pada kuartal II 2024 tumbuh 3,17% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). BPS menyebut, faktornya karena peningkatan produksi komoditas tambang, terutama bijih tembaga.
BPS menambahkan, pertumbuhan pertambangan dan penggalian pada periode tersebut juga didorong oleh peningkatan permintaan dalam negeri dan ekspor komoditas penggalian, seperti batu hias; kapur dan dolomit; kerikil; pasir alam; tanah liat; dan mineral kimia lainnya.
Dari empat subsektor dalam lapangan usaha ini, pertambangan batu bara dan lignit berkontribusi paling besar setiap kuartal, seperti terlihat pada grafik.
Rincian pada kuartal II 2024, yakni proporsi batu bara dan lignit mencapai 3,48% dari total kontribusi ke produk domestik bruto (PDB). Disusul minyak, gas, dan panas bumi sebesar 2,42%; bijih logam sebesar 1,57%; dan pertambangan dan penggalian lainnya sebesar 1,31%.
Namun, pertumbuhan pada kuartal II dibandingkan dengan kuartal I 2024 (quarter-to-quarter/qtq) terkontraksi sebesar 2,17%. Penurunan juga terlihat pada empat subsektor lapangan usaha pertambangan dan penggalian secara historis sejak kuartal III 2022.
"Hal ini disebabkan oleh adanya masa libur lebaran sehingga rata-rata produksi lebih rendah. Selain itu, adanya penurunan permintaan dari negara mitra dagang Indonesia seperti India dan China," tulis BPS dalam laporan Produk Domestik Bruto Indonesia Triwulanan 2020-2024, menjelaskan tentang penurunan pada kuartal II 2024.
Selama semester I 2024, lapangan usaha pertambangan dan penggalian tumbuh 6,18% ditopang oleh pertumbuhan subkategori pertambangan bijih logam, pertambangan dan penggalian lainnya, serta pertambangan batu bara dan lignit.
Sementara subkategori pertambangan minyak, gas, dan panas bumi mengalami kontraksi 1,85% (cumulative-to-cumulative/ctc).
(Baca juga: Tren Nilai Pajak yang Disetorkan Freeport Indonesia sejak 2010)