Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, nilai produk bruto (PDB) atas harga berlaku (ADHB) Indonesia mencapai Rp5.638,9 triliun pada kuartal III 2024.
Jika diukur atas dasar harga konstan (ADHK) nilainya setara Rp3.227,6 triliun, tumbuh 4,95% dibanding kuartal III tahun lalu (year-on-year/yoy).
Konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama PDB Indonesia dari segi pengeluaran.
Nilai PDB harga berlaku konsumsi rumah tangga per kuartal III 2024 mencapai Rp2.993,2 triliun, atau setara 53,08% dari PDB harga berlaku nasional.
"Komponen ini tumbuh 4,91% (yoy) yang menunjukkan masih terjaganya tingkat konsumsi masyarakat," kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers daring, Selasa (5/11/2024).
Sedangkan jika dibandingkan dengan kuartal II 2024, konsumsi rumah tangga turun 0,48% (quartal-to-quartal/qtq).
Amalia menjelaskan, penurunan ini didorong oleh musiman karena pada kuartal sebelumnya terdapat momentum Ramadan, Idul Fitri, serta libur panjang akhir pekan.
Berikutnya komponen pembentuk modal tetap bruto (PMTB) menyumbang Rp1.677,5 triliun, setara 29,75% dari PBD.
Lalu kontribusi ekspor barang dan jasa sebesar Rp1.270,4 triliun (22,53%); konsumsi pemerintah Rp406,5 triliun (7,21%); serta perubahan inventori Rp216,1 triliun (3,83%).
Kemudian komponen diskrepansi statistik (selisih PDB lapangan usaha dan PDB pengeluaran) senilai Rp173 triliun (3,07%), serta konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNRPT) Rp73 triliun (1,29%).
"Komponen LNRPT mengalami pertumbuhan 11,69% (yoy) yang didorong oleh peningkatan aktivitas persiapan pilkada dan PON ke-21," kata Amalia.
Adapun pengurangan dari impor barang dan jasa senilai Rp1.170,9 triliun atau 20,76% dari total PDB harga berlaku nasional.
(Baca: Pengeluaran Konsumsi Masyarakat Tumbuh 4,82% pada 2023, Ini Rinciannya)