Berdasarkan riset Credit Suisse, pada 2021 kekayaan penduduk di seluruh dunia mencapai US$463,6 triliun, meningkat 9,8% dibanding tahun sebelumnya. Namun, utang penduduk secara global juga ikut bertambah.
"Utang rumah tangga global naik 9,7% pada 2020 dan meningkat lagi 4,4% pada 2021," kata Credit Suisse dalam Global Wealth Report 2022.
"Di tahun-tahun mendatang, kami memperkirakan utang rumah tangga akan terus tumbuh sejalan dengan meningkatnya kekayaan finansial dan non-finansial, sehingga porsi utang tetap di kisaran 11% dari total aset bruto rumah tangga," lanjutnya.
Dari sekitar 170 negara yang diriset, negara yang warganya punya utang paling besar adalah Swiss.
Credit Suisse memperkirakan pada 2021 penduduk dewasa di Swiss rata-rata memiliki utang US$151.230 atau sekitar Rp2,3 miliar per orang (asumsi kurs Rp15.000/US$).
Kendati begitu, rata-rata kekayaan penduduk dewasa di Swiss juga merupakan yang terbesar di skala global, yaitu US$696.600 atau sekitar Rp10,4 miliar per orang.
Pola serupa juga ditemukan di Norwegia, Luksemburg, Australia, Denmark, Islandia, Belanda, Swedia, Amerika Serikat, dan Kanada. Meski rata-rata utang penduduknya di atas Rp1 miliar, penduduk di negara-negara tersebut punya rata-rata kekayaan bersih di kisaran Rp5 miliar sampai Rp10 miliar per orang.
Adapun menurut Credit Suisse Indonesia berada di urutan ke-103 dari sekitar 170 negara yang diriset. Rata-rata penduduk dewasa Indonesia diperkirakan memiliki utang Rp16,8 juta dengan rata-rata kekayaan bersih Rp278 juta per orang.
Meski nilainya besar secara rata-rata, angka utang dan kekayaan tersebut tentu akan sangat berbeda jika dirinci berdasarkan kelompok pendapatan. Credit Suisse juga menegaskan setiap kelompok masyarakat punya tingkat kerentanan berbeda terhadap utang mereka.
"Kelompok pemilik kekayaan terkecil diperkirakan sangat terdampak oleh pandemi. Mereka kehilangan pekerjaan atau pendapatannya berkurang, sehingga terpaksa menguras tabungan atau berutang dalam jumlah besar," kata Credit Suisse.
"Di sisi lain, kelompok pemilik kekayaan terbesar relatif kebal terhadap dampak pandemi. Mereka justru diuntungkan dari rendahnya suku bunga selama pandemi," lanjutnya.
(Baca: 10 Negara dengan Orang Kaya Terbanyak, Siapa Juaranya?)