292 Hotspot Terdeteksi di Indonesia Dalam 24 Jam Terakhir (Sabtu, 31 Mei 2025)
- A Kecil
- A Sedang
- A Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 292 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 136 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Sabtu (31/5/2025) pukul 11.08 WIB. Dari 292 titik panas terdeteksi, 6 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 282 titik skala sedang, dan 4 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Hampir 5 Ribu Kejadian Bencana Alam di Indonesia Sepanjang 2023, Karhutla Mendominasi)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Aceh sebanyak 36 titik. Sulawesi Selatan menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 29 titik. Kalimantan Timur berada di posisi ketiga sebanyak 21 titik panas.
Sebanyak 20 titik panas terdeteksi di Sulawesi Tengah, Sumatera Barat menyusul dengan 19 titik panas, serta Sulawesi Tenggara dan Jawa Timur masing-masing memiliki 18 dan 17 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: 55 Bencana Terjadi pada Tengah September 2023, Karhutla Mendominasi)