Selama periode 7 Oktober-5 Desember 2023, perang Israel-Hamas telah menewaskan hampir 16.500 warga Palestina.
Rinciannya, korban jiwa Palestina di Jalur Gaza sekitar 16.248 orang, dan di Tepi Barat 249 orang.
Dalam periode sama, jumlah korban jiwa Israel sekitar 1.285 orang.
United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) menghimpun data-data korban ini dari Kementerian Kesehatan Gaza dan pemerintah Israel.
OCHA juga melaporkan intensitas serangan Israel ke Palestina, khususnya Jalur Gaza, terus meningkat.
Berdasarkan hukum humaniter internasional, pihak yang berperang harusnya berupaya semaksimal mungkin untuk mencegah jatuhnya korban sipil.
Pihak yang berperang juga harusnya memastikan agar warga sipil bisa mendapat tempat tinggal aman di tengah konflik, serta pasokan kebutuhan pokok yang mencukupi.
Namun, hukum humaniter internasional itu seperti tak berlaku di Jalur Gaza. Menurut OCHA, saat ini kondisi warga Palestina yang mengungsi di sana sangat buruk.
Pos-pos pengungsian semakin padat, fasilitas sanitasi sangat tidak memadai, dan risiko penularan penyakit meningkat.
OCHA juga menyebut, lembaga kemanusiaan kesulitan mengirim pasokan bantuan di tengah berkecamuknya perang, sehingga memperparah krisis kelaparan di Jalur Gaza.
"Tak ada tempat aman di Gaza. Entah itu di rumah sakit, tempat penampungan, kamp pengungsi, tidak ada seorang pun yang aman," kata perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Martin Griffiths dalam siaran persnya, Selasa (5/11/2023).
"Pengabaian terang-terangan terhadap kemanusiaan ini harus dihentikan. Pertempuran harus dihentikan," kata Martin.
(Baca: Israel Hancurkan Ratusan Sekolah dan Puluhan Masjid di Palestina)