Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2022 ada 55,36% pasangan usia subur di Indonesia yang berupaya menunda atau mencegah kehamilan, baik dengan menggunakan alat kontrasepsi modern maupun tradisional.
Persentase pasangan yang mencegah kehamilan itu sedikit bertambah dibanding 2021, tapi masih lebih rendah dibanding lima tahun lalu seperti terlihat pada grafik.
Adapun menurut data World Population Prospects, angka kelahiran anak atau total fertility rate (TFR) di Indonesia memang menurun dalam tiga dekade belakangan.
Pada 1990 TFR Indonesia masih di level 3,10. Artinya, setiap satu orang perempuan rata-rata melahirkan tiga anak sepanjang usia suburnya.
Kemudian di tahun-tahun berikutnya TFR terus berkurang hingga mencapai 2,15 pada 2022. Secara kumulatif, angka kelahiran Indonesia sudah turun 30,64% selama periode 1990-2022.
Kendati ada penurunan angka kelahiran, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menilai Indonesia tidak mengalami resesi seks.
"Di Indonesia, dalam satu tahun yang lahir hampir 4,8 juta (anak). Jadi jauh dari resesi seks, kalau diterjemahkan sebagai penurunan atau ketidakinginan punya anak," kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, dilansir Antara, Minggu (29/1/2023).
(Baca: Angka Kelahiran Indonesia Turun 30% dalam Tiga Dekade)
Tak hanya di Indonesia, tren penurunan angka kelahiran anak juga terjadi di negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Berikut rincian persentase penurunan angka kelahiran di kawasan ASEAN selama periode 1990-2022:
- Laos: turun 59,77%
- Kamboja: turun 58,86 %
- Timor Leste: turun 47,56%
- Malaysia: turun 47,04%
- Brunei Darussalam: turun 46,38 turun
- Vietnam: turun 46,02%
- Singapura: turun 42,36%
- Myanmar: turun 39,97%
- Filipina: turun 37,38%
- Thailand: turun 36,96%
(Baca: Ini Negara ASEAN dengan Angka Kelahiran Anak Tertinggi pada 2022)