Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 735 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini bertambah 367 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Selasa (27/8/2024) pukul 16.16 WIB. Dari 735 titik panas terdeteksi, 33 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 628 titik skala sedang, dan 74 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Inilah 10 Letusan Gunung Berapi Paling Dahsyat dan Mematikan Sepanjang Sejarah)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Nusa Tenggara Timur sebanyak 141 titik. Sumatera Selatan menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 110 titik. Jambi berada di posisi ketiga sebanyak 83 titik panas.
Sebanyak 75 titik panas terdeteksi di Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat menyusul dengan 50 titik panas, serta Lampung dan Jawa Tengah masing-masing memiliki 45 dan 27 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Tren Letusan Gunung Berapi dalam Beberapa Tahun Terakhir)