Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 234 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini bertambah 61 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Kamis (28/11/2024) pukul 11.23 WIB. Dari 234 titik panas terdeteksi, 1 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 216 titik skala sedang, dan 17 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Inilah 10 Gempa Bumi Terbesar Sepanjang Sejarah, Dua di Antaranya dari Indonesia)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Kalimantan Timur sebanyak 58 titik. Sulawesi Tengah menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 51 titik. Maluku Utara berada di posisi ketiga sebanyak 38 titik panas.
Sebanyak 29 titik panas terdeteksi di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan menyusul dengan 19 titik panas, serta Nusa Tenggara Timur dan Jawa Timur masing-masing memiliki 17 dan 8 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: 10 Negara dengan Gempa Bumi Terbanyak 2023, Indonesia Pertama)