Berdasarkan data United Nations High Commisioner For Refugees (UNHCR), pengungsi Rohinya lebih banyak didominasi oleh laki-laki.
Tercatat, proporsi laki-laki menyentuh 47% dari total pengungsi yang mendarat dengan selamat sejak Januari 2022 hingga 4 Desember 2023.
Kedua adalah perempuan dengan persentase 28%. Terakhir, anak-anak sebesar 25%.
UNHCR memberi catatan, komposisi usia-gender pengungsi Rohingya ini hanya mencakup 60% dari total yang selamat. Perhitungan masih terus dilakukan.
UNHCR juga mencatat sebanyak 7.117 pengungsi Rohingya mengikuti perjalanan melalui jalur laut dengan menggunakan 74 kapal sejak Januari 2022. Namun, hanya 5.817 yang tercatat selamat dalam pendaratan.
Sebanyak 573 orang dilaporkan hilang dan meninggal dunia saat mencari suaka. Lalu ada juga 727 orang yang tidak diketahui statusnya. Status yang tak diketahui ini diasumsikan ikut berangkat, tetapi tak ada informasi lebih lanjut saat pendaratan ataupun kecelakaan kapal di laut.
Data dari beragam sumber yang dihimpun UNHCR ini menghitung para pengungsi Rohingya yang melakukan perjalanan laut di Asia dan Pasifik. Orang-orang yang melakukan perjalanan ini, sebut UNHCR, putus asa dan melalui hal yang berbahaya terutama dari Bangladesh dan Myanmar.
UNHCR menjelaskan, situasi kemanusiaan di Myanmar semakin memburuk sejak Februari 2021 akibat ekskalasi konflik dan pergolakan politik di negara tersebut. Menurut sumber-sumber PBB, sekitar 1,5 juta orang menjadi pengungsi internal di Myanmar pada 1 November 2022.
(Baca juga: Tren Keberangkatan Pengungsi Rohingya Mencari Suaka Setahun Terakhir)