Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan dasar batu bara kerap dibangun di Indonesia selama 23 tahun terakhir.
Data dari Global Energy Monitor menunjukkan, hanya empat tahun saja Indonesia tak tercatat memiliki tambahan kapasitas listrik dari PLTU baru, yakni 2001-2003 dan 2005.
Di luar tahun-tahun tersebut, Indonesia kerap membangun PLTU batu bara baru. Pada 2000 angka kapasitasnya sebesar 1.720 megawatt (MW).
Menginjak 2011, kapasitasnya melonjak menjadi 4.070 MW. Setelahnya, pembangunan PLTU baru terlihat cukup agresif dengan kapasitas di atas 1.000 MW.
Kapasitas terbesar terbangun pada 2022 lalu, sebanyak 5.100 MW. Pada 2019 kapasitasnya pun tercatat cukup tinggi, yakni 4.461 MW.
Data terakhir pada semester I 2023, kapasitas PLTU baru tercatat sebesar 530 MW. Adapun total selama 23 tahun terakhir mencapai 38.657 MW atau 38,65 gigawatt (GW).
(Baca juga: Kapasitas PLTU Batu Bara Indonesia Terbesar ke-5 di Dunia)
Institute for Essential Services Reform (IESR) menyebut, pembatalan proyek-proyek PLTU batu bara baru dan penghentian PLTU batu bara di Indonesia pada 2040 dapat mencegah 180 ribu kematian akibat polusi udara dan menekan biaya kesehatan sebesar US$100 miliar atau Rp1.500 triliun dalam beberapa dekade ke depan.
Pernyataan itu berdasarkan penelitian terbaru IESR yang berkolaborasi dengan Center for Research on Energy and Clean Air (CREA) berjudul Health Benefits of Just Energy Transition and Coal Phase-out in Indonesia.
Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif IESR mengatakan, penghentian penggunaan PLTU batu bara pada 2040 diperlukan untuk memenuhi target Persetujuan Paris atau Paris Agreement, berdasarkan Badan Energi Internasional (IEA). Indonesia saat ini menargetkan penghentian penggunaan PLTU batu bara pada 2050, itu pun dengan beberapa pengecualian.
Menurut dia, pemerintah harus mendesak perusahaan listrik untuk mengevaluasi kembali rencana mereka untuk membangun pembangkit listrik baru dan segera mengambil tindakan untuk beralih ke pembangkit energi terbarukan.
"Peralihan ini akan menghasilkan manfaat ekonomi, sosial, dan kesehatan yang signifikan," kata Fabby dalam keterangan tertulis di laman IESR, Selasa (18/7/2023).
(Baca juga: Ini Banyaknya Penggunaan Batu Bara untuk Industri Selama 4 Tahun Terakhir)