Situs pengolahan bahasa dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), ChatGPT atau Generative Pre-Training Transformer yang dikembangkan oleh OpenAI marak dipakai pengguna lintas negara sejak penghujung 2022 lalu.
ChatGPT mampu membuat teks, menerjemahkan bahasa, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan penggunanya, dan melakukan kecanggihan lainnya. ChatGPT bisa diakses di laman chat.openai.com.
Data dari Similiarweb menunjukkan, kunjungan ChatGPT meningkat dalam tiga bulan terakhir. Pada Februari 2023, kunjungan chat.openai.com tembus 1 miliar kunjungan.
Kemudian pada Maret 2023, angkanya meningkat cukup signifikan, yakni 1,6 miliar kunjungan. Memasuki April 2023, kunjungan meningkat lagi sebesar 1,8 miliar kunjungan.
Sedikitnya ada 5 negara teratas pengguna ChatGPT terbanyak. Di antaranya Amerika Serikat dengan proporsi 15,22%. Angka ini naik 21% dibandingkan penghitungan Maret 2023. Kemudian India, sebanyak 6,32%, yang naik 19,63% dari penggunaan sebelumnya.
Kemudian disusul Jepang sebanyak 4,01%, Kolombia 3,3%, dan Kanada 2,75%. Negara-negara lain diakumulasikan mencapai 68,4%.
Satu sisi, kecanggihan ChatGPT tampaknya memberi dampak yang cukup serius.
Dilansir Katadata, para ahli teknologi menilai ChatGPT mendorong raksasa teknologi masif mengembangkan layanan AI dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Financial Times menyebut bahwa Microsoft, Meta, Google, Amazon, dan Twitter tergolong sebagai perusahaan yang memangkas karyawannya di bidang AI. Tim ini memberikan nasihat tentang keamanan produk konsumen yang menggunakan kecerdasan buatan.
Para pakar khawatir raksasa teknologi berpotensi melakukan penyalahgunaan teknologi pada saat jutaan orang mulai bereksperimen dengan layanan AI. Apalagi ketika ChatGPT mulai masif digunakan oleh banyak orang.
(Baca juga: 10 Kampus Terdepan dalam Riset AI, Mayoritas dari Tiongkok)