Bank Dunia memprediksi Indonesia akan kembali mengalami defisit transaksi berjalan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Indonesia perlu berhati-hati karena defisit transaksi berjalan diperkirakan akan kembali melebar hingga 2024
Pada 2021, Bank Dunia memperkirakan Indonesia mencetak surplus transaksi berjalan. Surplus transaksi berjalan Indonesia diperkirakan sebesar 0,2% terhadap PDB pada tahun lalu.
Namun, Indonesia diramal akan kembali mengalami defisit transaksi berjalan sebesar 1,2% terhadap PDB pada 2022. Defisit ini semakin naik menjadi 1,6% pada 2023 dan kembali melebar 1,9% pada 2024.
Saat pandemi pada 2020, Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan Indonesia tercatat sebesar 0,4% terhadap PDB. Defisit tersebut menyempit dari tahun sebelumnya yang sebesar 2,7% terhadap PDB.
Menurunnya defisit transaksi berjalan didorong dari kuatnya permintaan eksternal dan harga komoditas. Selain itu, permintaan impor lebih rendah. Olah karenanya, kebutuhan pembiayaan eksternal menurun dari 14% terhadap PDB pada 2019 menjadi 10,9% pada 2020. Angka ini juga jauh lebih rendah dari 11,5% terhadap PDB pada 2012, yang merupakan periode Taper Tantrum 2013.
(Baca: Defisit Neraca Transaksi Berjalan Diprediksi Melebar Jadi 1 Persen pada 2022)