Laporan International Energy Agency (IEA) menunjukkan, nilai investasi energi bersih global meningkat drastis semenjak pandemi Covid-19.
IEA mengestimasikan, nilai investasi energi bersih global mencapai US$1,74 triliun pada 2023, angka tertinggi sejak 2015.
“Lebih dari US$ 1,7 triliun akan digunakan untuk (investasi) energi bersih, termasuk energi terbarukan, nuklir, jaringan listrik, penyimpanan, bahan bakar rendah emisi, peningkatan efisiensi dan penggunaan akhir energi terbarukan dan elektrifikasi,” demikian dikutip dari laporan bertajuk World Energy Investment 2023.
Nilai investasi energi bersih global pada 2020-2022 juga tercatat meningkat drastis, yaitu masing-masing dari US$1,25 triliun, US$1,4 triliun, dan US$1,61 triliun.
Sebelum pandemi, nilai investasi energi bersih global cenderung tumbuh melambat ketimbang pasca-pandemi yang tumbuh cukup melesat seperti terlihat pada grafik.
“Pemulihan dari pandemi Covid-19 dan respons terhadap krisis energi global telah memberikan dorongan besar bagi investasi energi bersih global,” ujar IEA dalam laporannya.
Menurut IEA, tingginya investasi energi bersih dalam beberapa tahun terakhir didorong oleh berbagai faktor. Mulai dari peningkatan ekonomi pada saat harga bahan bakar fosil tinggi dan tidak stabil, serta peningkatan dukungan kebijakan terkait keamanan iklim dan energi di sejumlah negara seperti di wilayah Eropa, Jepang, dan Tiongkok.
“Momentum ini dipimpin oleh tenaga terbarukan dan kendaraan listrik, dengan kontribusi penting juga dari bidang lain seperti baterai, panas pompa dan tenaga nuklir,” ujar IEA dalam laporannya.
Berbeda halnya dengan nilai investasi bahan bakar fosil yang cenderung menurun semenjak pandemi Covid-19.
Secara tren, nilai investasi bahan bakar fosil pada 2015 merupakan yang tertinggi dalam delapan tahun terakhir yaitu mencapai US$1,31 triliun. Angkanya cenderung menurun hingga 2023, dengan nilai investasi terendah yaitu pada 2020 yang hanya US$839 miliar.
Pada 2023, nilai investasi bahan bakar fosil diestimasikan sebesar US$ 1,05 triliun, di mana menurut IEA, sekitar 15% untuk batubara dan sisanya untuk minyak dan gas.
(Baca: Menilik Investasi Global Terhadap Energi Bersih yang Terus Meningkat)