Indonesia mengalami kemajuan yang sangat lambat dalam mengembangkan pembangkitan listrik tenaga angin dan surya. Pada 2019, pembangkitan listrik tenaga angin dan surya terhitung hanya 0,21% dari total listrik yang dihasilkan di Indonesia.
Angka tersebut menempatkan Indonesia berada di posisi terendah kedua di antara negara G20 lainnya. Pembangkitan listrik tenaga angin dan surya Indonesia bahkan jauh dari rata-rata dunia yang sebesar 9,42% pada 2020.
Di bawah Indonesia ada Arab Saudi dengan persentase pembangkitan listrik tenaga angin dan surya paling rendah di antara negara G20. Tercatat, pembangkitan listrik tenaga angin dan surya di Arab Saudi sebesar 0,04%.
Jerman menempati posisi pertama di antara negara G20 dengan pembangkitan listrik tenaga angin dan surya sebesar 32,7%. Posisi kedua ditempati oleh Britania Raya sebesar 28,52%.
Kemudian, negara-negara Uni Eropa menempati posisi ketiga dengan pembangkitan listrik tenaga angin dan surya sebesar 19,57%. Posisi keempat ada Australia sebesar 17,09%.
Negara-negara anggota G20 yang sudah menghasilkan listrik dari tenaga angin dan surya di atas rata-rata dunia ada 12 negara. Sedangkan, delapan negara lainnya menghasilkan listrik dari tenaga angin dan surya dibawah rata-rata dunia.
(Baca:Konsumsi Listrik Indonesia Terendah Kelima di G20)