Skenario Transisi Energi Indonesia, Listrik EBT Tumbuh Pesat sampai 2034

Energi

Premium

Adi Ahdiat 16/07/2025 17:28 WIB

URL telah disalin

Memuat...

Dalam skenario percepatan transisi energi 2025-2034, produksi listrik berbasis EBT Indonesia ditargetkan tumbuh lebih pesat dibanding energi fosil.

Proyeksi Produksi Listrik Indonesia dalam Skenario Transisi Energi (2025-2034)*

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Anda mengakses konten Single Data Premium.
Untuk meneruskan, silakan berlangganan, atau beli secara satuan.

Professional

Nikmati akses premium dengan harga yang lebih terjangkau.

Mulai dari

~~Rp300.000~~ 150.000/bulan

Akses lebih banyak konten premium dan fitur eksklusif khusus pelanggan.

Mulai dari

50.000/bulan

Hanya Rp833 per artikel

Lebih detail »

Beli Satuan

Langsung baca artikel “Skenario Transisi Energi Indonesia, Listrik EBT Tumbuh Pesat sampai 2034”.

Rp7.500

Kami menerima pembayaran berikut:

Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.

Proyeksi Produksi Listrik Indonesia dalam Skenario Transisi Energi (2025-2034)*

Unduh

Sumber

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Dalam skenario transisi energi, produksi listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) Indonesia ditargetkan tumbuh lebih pesat dibanding energi fosil.

Target ini tercatat dalam dokumen Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru, yang dipublikasikan Kementerian ESDM pada Juni 2025.

(Baca: Emisi Pembangkit Listrik Indonesia dalam Skenario Transisi Energi 2025-2034)

Merujuk dokumen tersebut, pemerintah Indonesia saat ini memiliki skenario percepatan transisi energi yang dinamai Accelerated Renewable Energy Development (ARED).

ARED berisi target pengurangan energi fosil serta penambahan EBT yang lebih progresif dibanding skenario normal atau business as usual.

Skenario ARED menargetkan produksi listrik EBT Indonesia bisa mencapai 195.825 gigawatt-hours (GWh) pada 2034, tumbuh sekitar 240% dibanding tahun 2025.

Produksi listrik EBT ini berasal dari pembangkit listrik tenaga air, angin, surya, panas bumi, biomassa, sampah, dan EBT lainnya, belum termasuk energi nuklir.

Di sisi lain, produksi listrik energi fosil Indonesia diperkirakan mencapai 380.208 gigawatt-hours (GWh) pada 2034, hanya tumbuh 25% dibanding tahun 2025.

Produksi listrik energi fosil ini berasal dari pembangkit listrik tenaga batu bara, gas bumi, dan minyak bumi.

Meski tingkat pertumbuhannya lebih rendah, listrik yang dihasilkan energi fosil Indonesia masih lebih besar, yakni sekitar dua kali lipat dari listrik berbasis EBT, seperti terlihat pada grafik.

(Baca: Proyeksi Bauran Energi Listrik Indonesia 2025-2034, Batu Bara Tetap Mendominasi)

Editor : Adi Ahdiat