Di tengah invasi ke Ukraina, Rusia mengancam akan menaikkan harga minyak mentah hingga dua kali lipat jika negara-negara Barat memberlakukan sanksi larangan impor minyak dari Rusia.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak menyatakan, "Sangat jelas bahwa penolakan terhadap minyak Rusia akan menimbulkan konsekuensi bencana bagi pasar global," ujarnya, seperti dilansir Al Jazeera, Selasa (8/3).
"Kenaikan harga (minyak mentah) akan menjadi tidak bisa diprediksi. Harganya akan menjadi US$300 per barel, jika tidak lebih," ancamnya.
Rusia memang memainkan peran besar di pasar energi global. Menurut data International Energy Agency (IEA), sampai Januari 2022 Rusia merupakan produsen minyak terbesar ketiga di dunia, di bawah Amerika Serikat dan Arab Saudi.
Rusia juga tercatat sebagai eksportir minyak terbesar dunia, dengan kapasitas pasokan sekitar 5 juta barel per hari atau 12% dari total perdagangan global. Sebanyak 60% minyak Rusia diekspor ke Eropa dan 20% ke Tiongkok.
Data-data tersebut menunjukkan betapa Rusia benar-benar mampu menimbulkan krisis pasokan dan pergolakan harga di pasar energi global.
Perlawanan dari Negara-Negara Anggota IEA
Di tengah situasi ini, negara-negara yang tergabung dalam International Energy Agency (IEA) menyatakan perlawanan keras.
Dalam rilisan persnya IEA menyatakan, "Pasokan energi tidak boleh digunakan sebagai alat pemaksaan politik atau sebagai ancaman terhadap keamanan nasional dan internasional," tegas mereka, Selasa (1/3).
IEA juga menegaskan bahwa negara-negara anggotanya siap melepaskan stok cadangan minyak nasional mereka demi menjaga keamanan pasokan di pasar energi global.
Berikut negara-negara anggota IEA yang sudah berkomitmen melepas stok cadangan minyak dalam jumlah besar:
- Amerika Serikat: 30.000.000 barel
- Jepang: 7.500.000 barel
- Korea Selatan: 4.420.000 barel
- Jerman: 3.215.000 barel
- Inggris: 2.200.000 barel
- Italia: 2.041.000 barel
- Spanyol: 2.000.000 barel
- Australia: 1.692.000 barel
- Prancis: 1.500.000 barel
- Turki: 1.500.000 barel
- Polandia: 1.052.000 barel
Selain negara-negara yang disebutkan di atas, ada juga 20 negara anggota IEA lain yang sudah berkomitmen melepas stok cadangan minyak nasional mereka, dengan jumlah di bawah 1 juta barel per negara.
Jika digabungkan, stok cadangan minyak yang akan dilepas IEA untuk menghadapi ancaman Rusia ini mencapai 61,7 juta barel.
IEA juga membuka kemungkinan bahwa pelepasan stok ini akan bertambah di waktu mendatang, mengikuti perkembangan situasi.
IEA mengklaim secara kumulatif negara-negara anggotanya memiliki 1,5 miliar barel stok cadangan minyak publik, ditambah 575 juta barel stok cadangan industri.
Dengan demikian, stok 61,7 juta barel yang akan dilepas ke pasar global tersebut baru sekitar 3% dari total cadangan mereka.
(Baca Juga: Bukan Arab Saudi, Ini Negara dengan Cadangan Minyak Terbesar Dunia)