Harga minyak mentah dunia yang naik hingga di atas US$ 70/barel sementara harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tidak mengalami kenaikan diperkirakan bakal menggerus laba PT Pertamina (Persero) pada tahun ini. Harga BBM jenis Premium dan solar yang dijual di bawah nilai keekonomiannya akan membebani kinerja keuangan perusahaan.
Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan, sepanjang 2017 Pertamina mencatat laba US$ 2,54 miliar setara Rp 33,7 triliun yang berarti turun 19,28% dari tahun sebelumnya. Penurunan ini dipicu oleh meningkatnya beban penjualan yang lebih besar dari kenaikan penjualan. Seperti diketahui pendapatan Pertamina tahun lalu hanya tumbuh 17,74% menjadi US$ 42,96 miliar dari tahun sebelumnya. Sementara beban penjualan meningkat 26,84% menjadi US$ 35,4%. Alhasil, laba perusahaan minyak milik pemerintah tersebut sepanjang tahun lalu turun meskipun pendapatannya meningkat.
Sebagai informasi penjualan minyak dan gas dalam negeri sepanjang 2017 tumbuh 13,09% menjadi US$ 36,78 miliar dari tahun sebelumnya. Kemudian pendapatan perusahaan dari pengganti biaya subsidi pemerintah naik 39,05% menjadi US$ 3,57 miliar dari sebelumnya. Demikian pula penjualan ekspor migas dan produk minyak lainnya melonjak 94% menjadi US$ 1,87 miliar dari sebelumnya.