Kajian Institute for Essential Services Reform (IESR) mengkalkulasi kebutuhan investasi untuk pengembangan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di Indonesia. Terdapat tiga skenario yang digunakan yakni Business As Usual (BAU), moderat, dan skenario ambisius di rentang waktu 2025 hingga 2050.
Hasilnya, investasi untuk skenario BAU dan moderat terbilang tidak memiliki selisih signifikan. Total investasi yang dibutuhkan masing masing USD 1,35 juta atau setara Rp 19,3 miliar dan USD 6,75 juta atau setara Rp 96,4 miliar pada 2025. Adapun pada 2050, jumlah yang dibutuhkan meningkat masing-masing USD 6,3 juta atau setara Rp 90 miliar dan USD 38,4 juta atau setara Rp 549 miliar pada skenario yang sama.
Sementara jika dibandingkan dengan skenario ambisius, selisihnya terbilang lebar. Mengingat tingginya biaya yang dibutuhkan untuk pengembangan SPKLU, menurut IESR pemerintah akan kewalahan menanggung beban tersebut. Dengan demikian, keterlibatan sektor swasta menjadi sangat penting.
Adapun rekomendasi IESR, untuk mendukung pengembangan ekosistem kendaraan listrik adalah meyakinkan investor swasta bahwa investasi tersebut akan menguntungkan meskipun saat ini penetrasi kendaraan listrik di Indonesia masih terbilang kecil.