Bank Dunia memproyeksikan harga batu bara turun selama 2023-2025, dengan asumsi perang Israel-Palestina tidak meluas ke wilayah lain, serta tidak ada El Nino berkepanjangan.
Hal ini tercatat dalam laporan Commodity Markets Outlook edisi Oktober 2023.
"Dengan asumsi konflik di Timur Tengah tidak mengalami eskalasi, harga batu bara diperkirakan jatuh 49% (year-on-year/yoy) pada 2023, turun 26% (yoy) pada 2024, dan turun lagi 15% (yoy) pada 2025, tapi masih tetap jauh di atas rata-rata harga tahun 2015-2019," kata Bank Dunia dalam laporannya.
Bank Dunia meramalkan harga batu bara turun karena tingkat konsumsinya cenderung berkurang, sedangkan produksinya bertambah.
"Konsumsi batu bara diperkirakan menurun pada sektor ketenagalistrikan, karena kuatnya pertumbuhan energi terbarukan dan gas alam berbiaya rendah," kata Bank Dunia.
"Produksi batu bara diperkirakan akan meningkat melebihi konsumsinya, dengan pertumbuhan produksi yang kuat di tiga negara produsen terbesar, Tiongkok, India, dan Indonesia," lanjutnya.
Namun, ada sejumlah faktor yang bisa mengerek harga batu bara, yakni perang Israel-Palestina dan fenomena cuaca El Nino.
"Eskalasi konflik bisa saja mendongkrak harga batu bara, jika eskalasi konflik itu menaikkan harga gas alam," kata Bank Dunia.
"Selain itu, gangguan cuaca seperti gelombang panas dan kekeringan yang disebabkan El Nino bisa mendorong kenaikan harga batu bara. El Nino bisa meningkatkan permintaan listrik, sekaligus mengurangi kontribusi pasokan dari pembangkit listrik tenaga air," lanjutnya.
(Baca: Permintaan Tetap Tinggi, Harga Batu Bara Menguat Sepanjang Kuartal III 2023)