Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Indonesia mengalami deflasi secara bulanan sebesar 0,08% (month-to-month/mtm) pada Juni 2024.
“Deflasi Juni 2024 ini lebih dalam dibandingkan Mei 2024 (mtm) dan merupakan deflasi kedua pada tahun 2024,” kata Plt. Sekretaris Utama BPS Imam Machdi dalam konferensi pers secara daring, Senin (1/7/2024).
Ditinjau berdasarkan komoditas, bawang merah menjadi penyumbang andil deflasi terbesar, yakni -0,09%.
Lalu disusul tomat yang menyumbang andil inflasi sebesar 0,07%, daging ayam ras 0,07%, telur ayam ras 0,02%, dan bawang putih 0,01%.
“Sementara itu, terdapat komoditas yang memberikan andil inflasi antara lain cabai rawit dan cabai merah dengan andil masing-masing sebesar 0,02%,” kata Imam.
(Baca juga: Inflasi Indonesia Turun Menjadi 2,51% pada Juni 2024)
Selanjutnya, kelompok penyumbang deflasi bulan lalu adalah emas dan perhiasan, kentang, ketimun, sigaret kretek mesin (SKM), tarif angkutan udara, ikan segar, dan kopi bubuk dengan andil masing-masing 0,01%.
BPS mencatat, pada Juni 2024 deflasi bulanan terjadi di 12 provinsi, sedangkan 26 provinsi lainnya mengalami inflasi bulanan.
Inflasi bulanan tertinggi terjadi di Provinsi Papua Pegunungan yaitu 2,11% (mtm). Sementara deflasi bulanan terdalam terjadi di Provinsi Papua Selatan dengan -1,11% (mtm).
(Baca juga: Ini Target Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi dalam Asumsi Makro APBN 2025)