Nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai sekitar US$77 miliar pada 2022, meningkat 22% dari tahun sebelumnya. Hal ini disampaikan Google, Temasek, dan Bain & Company dalam laporan e-Conomy SEA 2022.
Laporan tersebut mencatat nilai ekonomi digital negara-negara Asia Tenggara berdasarkan gross merchandise value (GMV), yakni nilai penjualan kotor barang dan jasa selama periode tertentu.
Di Indonesia GMV terbesar pada tahun 2022 berasal dari sektor e-commerce dengan nilai estimasi US$59 miliar.
Kemudian sektor ekonomi digital lainnya, yaitu jasa transportasi dan pesan-antar makanan, pemesanan tiket perjalanan, dan media online, masing-masingnya memiliki GMV di bawah US$10 miliar seperti terlihat pada grafik.
Google, Temasek, dan Bain & Company memproyeksikan ekonomi digital Indonesia akan terus tumbuh dan tetap menjadi yang terbesar di Asia Tenggara sampai 2030. Namun, ada sejumlah tantangan ekonomi makro yang berpotensi membebani prospek pertumbuhan ini.
"Dengan perlambatan ekonomi dan pasar tenaga kerja yang melemah, pengeluaran non-esensial konsumen akan berkurang," kata Google, Temasek, dan Bain & Company dalam laporannya.
"Inflasi harga bahan bakar dan makanan, serta depresiasi mata uang Asia Tenggara mendorong kenaikan tarif transportasi dan pengiriman makanan. Kurangnya ketersediaan produk akibat kebijakan pandemi di Tiongkok juga menghambat arus logistik dan mengurangi akses konsumen ke barang," lanjut mereka.
(Baca: Ini Negara Pemegang Proyek Infrastruktur Digital Terbesar di ASEAN)