Perekonomian Kabupaten Cilacap mengalami kontraksi terdalam dibandingkan dengan 34 kabupaten/kota lainnya di Provinsi Jawa Tengah. Ini diukur menurut besaran produk domestic bruto (PDRB) lapangan usaha atas dasar harga berlaku konstan (ADHK) 2010 yang mengalami penurunan 10,36% menjadi Rp 89,93 triliun pada 2020. Tahun 2019, nilai PDRB di kabupaten ini mencapai Rp 100,33 triliun.
Kontrasi yang terjadi terhadap perekonomian Cilacap disebabkan oleh industri pengolahan yang mengalami penurunan sebesar 13,98% menjadi Rp 58,36 triliun pada tahun 2020. Padahal, tahun sebelumnya nilai industri pengolahan di kabupaten ini sebesar Rp 67,84 triliun. Seperti diketahui, sektor industri pengolahan di kabupaten tersebut berkontribusi sebesar 58% terhadap perekonomian Cilacap pada tahun lalu.
Kabupaten Blora mengalami kontraksi perekonomian terdalam berikutnya, yakni sebesar 4,6% pada 2020 dari tahun sebelumnya. Dikuti Kabupaten Kudus yang mengalami pertumbuhan negatif 3,53%, kemudian Kabupaten Semarang mengalami kontraksi 2,67%, demikian pula Kota Magelang yang mengalami kontraksi 2,45%.
Perekonomian di kabupaten/kota lainnya yang mengalami pertumbuhan negatif terdalam, yaitu Kota Tegal sebesar 2,25, Kabupaten Temanggun mengalami kontraksi 2,13%, Kabupaten Jepara sebesar 1,94%, Kabupaten Pekalongan 1,89%, dan Kabupaten Karanganyar sebesar 1,87%.
Dari 35 kabupaten/kota yang ada di Jawa Tengah, semuanya mengalami kontraksi pada 2020 dibanding tahun sebelumnya. Pemberlakuan pembatasan kegiatan sosial masyarakat untuk meredam lonjakan kasus Covid-19 menjadi penyebab perekonomian di kabupaten/kota tersebut tumbuh negatif pada tahun lalu.
(Baca: PDRB Kota Semarang Terbesar di Jawa Tengah pada 2020)