Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,94% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal III 2023.
Angka pertumbuhan dari produk domestik bruto (PDB) itu hanya tumbuh 1,60% (quarter-to-quarter/qtq) bila dibandingkan kuartal II 2023 sebesar 5,17% secara tahunannya (yoy). Nilai kuartal III 2023 juga lebih rendah dari kuartal III 2022 yang sempat mencapai 5,73% (yoy).
Secara perhitungan kumulatifnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,05% (cumulative-to-cumulative/c-to-c).
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengakui penurunan tersebut. Menurutnya, pola penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia memang kerap terjadi saat memasuki kuartal III.
"Hal ini memang sejalan dengan pola di tahun sebelumnya, di mana pertumbuhan ekonomi triwulan III selalu lebih rendah dibanding triwulan II, kecuali 2020 saat pandemi Covid-19," kata Amalia saat konferensi pers daring dari kanal YouTube BPS, Senin (6/11/2023).
Selain faktor musiman, penurunan pertumbuhan ekonomi juga terjadi karena melemahnya ekspor dan impor pada kuartal III 2023. Tercatat, ekspor terkontraksi 4,26% dan impor juga terkontraksi 6,18% (yoy).
Kendati begitu, Amalia menyebut pertumbuhan kuartal III 2023 sebesar 4,94% ini tetap memperlihatkan ekonomi Indonesia yang terjaga solid dan tumbuh positif.
Adapun PDB atas dasar harga berlaku (ADHB) secara total mencapai Rp5.296 triliun pada kuartal III 2023. Sementara PDB atas dasar harga konstan 2010 (ADHK) tercatat sebesar Rp3.124,9 triliun.
Dari sisi produksi, lapangan usaha konstruksi mengalami pertumbuhan paling tinggi, yakni 5,87% (qtq). Disusul pengadaan listrik dan gas 3,77% dan industri pengolahan dengan kontribusi 3,48% (qtq).
Sementara secara tahunan (yoy), hampir semua lapangan usaha mencatatkan pertumbuhan, kecuali administrasi serta pertahanan dan jaminan sosial wajib dan jasa pendidikan yang masing-masing terkontraksi 6,23% dan 2,07% (yoy).
Sementara dari sisi pengeluaran, Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 7,70% (qtq).
Tergerusnya pertumbuhan ekonomi nasional juga terlihat dari penurunan di skala provinsi. BPS menyebut, hampir seluruh provinsi mengalami pertumbuhan ekonomi yang melambat secara tahunan.
(Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5,17% pada Kuartal II-2023)