Menurut laporan Bank Indonesia (BI), utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Oktober 2022 berada di level US$390,2 miliar.
Nilai utang tersebut sudah turun 1,3% dibanding bulan sebelumnya (month-on-month/mom), serta berkurang 7,6% dibanding setahun lalu (year-on-year/yoy).
"Perkembangan tersebut disebabkan oleh penurunan ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) maupun sektor swasta," kata BI dalam siaran persnya, Kamis (15/12/2022).
Menurut BI, utang luar negeri pemerintah turun karena sejumlah investor asing menarik dananya dari Surat Berharga Negara (SBN) domestik, sekaligus berkat pelunasan utang pemerintah yang lebih tinggi dibanding penarikan pinjaman baru.
Di sisi lain, utang sektor swasta juga turun karena ada pembayaran neto pinjaman dan surat utang dari lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations).
(Baca: Dana Asing di Pasar SBN Berkurang Rp176 Triliun Dibanding Awal Tahun)
"ULN Indonesia pada Oktober 2022 tetap terkendali, tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap terjaga di kisaran 29,6%, menurun dibanding rasio bulan sebelumnya sebesar 30,1%," kata BI.
"Selain itu, struktur ULN Indonesia tetap sehat, ditunjukkan oleh ULN Indonesia yang tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang, dengan pangsa mencapai 87,1% dari total ULN," lanjutnya.
"Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian," pungkas BI.
Pada Oktober 2022 negara pemberi pinjaman terbesar untuk Indonesia adalah Singapura dengan nilai sekitar US$59 miliar, Amerika Serikat US$33,5 miliar, dan Jepang US$23,3 miliar.
Sedangkan organisasi internasional pemberi pinjaman terbesar adalah International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) senilai US$18,4 miliar dan Asian Development Bank (ADB) senilai US$9,7 miliar.
(Baca: Utang Luar Negeri Indonesia Paling Besar di Asia Tenggara)