Dalam laporan World Economic Outlook (WEO) edisi Januari 2023, International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal melambat dari 5,3% pada 2022 menjadi 4,8% pada 2023.
Proyeksi itu beriringan dengan ramalan melemahnya ekonomi mayoritas mitra dagang Indonesia.
Dari 13 negara tujuan ekspor nonmigas terbesar Indonesia, 9 di antaranya diramal mengalami perlambatan, yaitu India, Filipina, Malaysia, Korea Selatan, Australia, Amerika Serikat, Belanda, Italia, dan Jerman.
Perlambatan ekonomi paling parah diperkirakan terjadi pada negara-negara Eropa, yaitu Belanda, Italia, dan Jerman dengan rincian seperti terlihat pada grafik.
Hanya ada 3 negara mitra yang ekonominya diprediksi menguat, yaitu Tiongkok, Jepang, dan Thailand. Sementara 1 negara mitra lainnya, yaitu Singapura, proyeksinya tidak tersedia.
(Baca: Tiongkok, Pasar Utama Ekspor Nonmigas RI pada 2022)
Secara umum, IMF memandang pertumbuhan ekonomi global tahun ini berisiko terhambat karena pengaruh Tiongkok. Sekalipun ekonominya diramal menguat, IMF khawatir Tiongkok belum bisa pulih sepenuhnya dari pandemi Covid-19.
"Dengan kekebalan penduduk yang masih rendah dan kapasitas rumah sakit yang tidak memadai, terutama di luar kota-kota besar, masalah kesehatan bisa menghambat pemulihan Tiongkok," kata IMF dalam WEO edisi Januari 2023.
"Hal tersebut bisa berpengaruh ke berbagai belahan dunia, terutama karena turunnya permintaan dan masalah rantai pasokan," lanjutnya.
IMF juga menilai ekonomi global tahun ini sangat rentan terhadap eskalasi perang Rusia-Ukraina, tekanan utang di banyak negara, laju inflasi, serta fragmentasi geopolitik yang kian meluas.
"Sanksi internasional kepada Rusia telah memecah dunia menjadi blok-blok dan memperkuat ketegangan geopolitik yang sudah ada sebelumnya, seperti sengketa perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok," kata IMF.
"Fragmentasi bisa meningkat, mengakibatkan bertambahnya pembatasan pada pergerakan modal, pekerja, pembayaran internasional, serta menghambat kerja sama multilateral dalam penyediaan komoditas di pasar global," lanjutnya.
(Baca: Awal 2023, IMF Pangkas Proyeksi Ekonomi Indonesia ke 4,8%)