Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menghimpun rasio belanja militer terhadap produk domestik bruto (PDB) dari dua negara yang tengah berkonflik, yakni India dan Pakistan.
Selama sedekade, rasio belanja militer terhadap PDB dari Pakistan lebih tinggi dari India. Pakistan berada di rentang 2,7%-3,6% dari PDB, sedangkan India di level 2,3%-2,8%. Kendati begitu, komitmen ekonomi untuk pertahanan masing-masing negara ini sudah cukup tinggi.
(Baca juga: Belanja Militer Indonesia Meningkat, tapi Rasionya Tak Sampai 1% PDB)
Rasio belanja militer paling besar dari India sebesar 2,8%, jatuh pada 2020. Sementara Pakistan sebesar 3,6% pada 2018.
Adapun rasio terendah India sebesar 2,3% pada 2024 dan Pakistan sebesar 2,7% pada tahun yang sama.
Bila diukur berdasarkan belanja militer melalui anggaran pemerintah, proporsi dari Pakistan juga lebih tinggi. SIPRI mencatat, belanja militer dari pemerintah Pakistan sebesar 13,8% dari total anggaran pada 2023, sedangkan India sebesar 7,6%.
Konflik India-Pakistan
Melansir Katadata, India dan Pakistan sama-sama mengklaim kemenangan dalam konfrontasi singkat dan tajam yang membawa kedua negara tetangga bersenjata nuklir ini ke ambang perang. Namun, analis mengatakan intervensi AS yang menjadi pendorong gencatan senjata antara kedua negara, memberikan Pakistan keunggulan diplomatik.
Pejabat India mengatakan mereka berhasil mencegah keterlibatan Islamabad dalam terorisme lintas batas dengan menyerang pangkalan udara menggunakan rudal ke lokasi di dalam Paksitan yang disebut sebagai infrastruktur teroris.
Di sisi lain, Pakistan, yang mengklaim telah menembak jatuh lima jet tempur India pekan lalu, bersikeras bahwa mereka telah meraih "kemenangan bersejarah" atas rival mereka itu. Untuk pertama kalinya, kedua belah pihak saling mengirimkan pesawat nirawak ke dalam kota masing-masing.
"India akan merasa terbela atas keyakinannya bahwa ada lebih banyak ruang daripada yang diperkirakan sebelumnya untuk saling mengejek di bawah bayang-bayang nuklir," kata Ankit Panda, seorang peneliti senior di Carnegie Endowment for International Peace di Washington seperti dikutip dari Financial Times, Selasa (13/5).
Menurut dia, militer Pakistan akan puas dengan pembalasannya dan akan pergi dengan perasaan bahwa pencegahan telah dibangun kembali."
India mengatakan, sedikitnya 16 warga sipil dan lima tentaranya tewas. Sedangkan militer Pakistan mengatakan 11 tentara dan 40 warga sipil, termasuk 15 anak-anak, telah tewas sejak 6 Mei. India telah mengklaim bahwa sebanyak 40 personel militer Pakistan tewas.
Namun, para analis mengatakan bahwa meski kedua negara telah memberikan pukulan berat, intervensi diplomatik Washington untuk mencegah perang skala penuh telah membuat India kesal. Mereka pun mengkategorikan AS sebagai negara jahat yang mendukung terorisme.
Presiden AS Donald Trump, yang menghormati kedua belah pihak atas meminta keduanya menghentikan pertempuran. Ia juga menegaskan bahwa "solusi dapat dicapai terkait Kashmir", wilayah mayoritas Muslim yang disengketakan di jantung konflik.
Kedua negara mengklaim wilayah tersebut, yang telah mereka perebutkan tiga kali, secara keseluruhan. Namun, New Delhi menentang mediasi internasional apa pun. Kementerian luar negeri India membantah memiliki rencana untuk melakukan perundingan.
(Baca Katadata: India dan Pakistan Gencatan Senjata, Saling Klaim Menang Perang)