Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sumbangan pendapatan perempuan Indonesia terhadap ekonomi keluarga sebesar 37,31% pada 2024. Ini merupakan capaian positif setelah tiga tahun beruntun kontribusinya mengalami penurunan.
Tercatat, sumbangan pendapatan perempuan nasional mencapai 37,22% pada 2021; 37,17% pada 2022; dan 37,09% pada 2023.
Dilihat dalam rentang sedekade, proporsi pada 2024 menjadi yang tertinggi. Jaraknya tipis dengan sumbangan pada 2020 atau masa pandemi Covid-19 yang sebesar 37,26%.
Sementara sumbangan pada 2013 hanya sebesar 35,17%. Kendati terlihat mengalami peningkatan, angka ini masih cukup rendah bila dibandingkan dengan laki-laki yang ditaksir lebih dari 60%.
Sumbangan pendapatan perempuan merupakan komponen pembentuk Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). Selain kontribusi pendapatan, ada keterlibatan perempuan dalam parlemen dan peran perempuan sebagai tenaga profesional.
(Baca juga: Indeks Pemberdayaan Gender Indonesia Terus Menguat sampai 2024)
Dalam jurnal yang ditulis Hasnidar Yuslin dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang mengutip Wisnujati menunjukkan, tiga indikator itu untuk mengukur peran perempuan di dunia politik, ekonomi, hingga pengambilan keputusan.
Sumbangan pendapatan perempuan juga mengindikasikan kualitas tenaga kerja semakin diperhitungkan dalam dunia kerja, meski pergerakannya cenderung lambat.
"Kondisi ini kerap kali disebabkan oleh ketidaksetaraan gender yang memperkuat ketimpangan di bidang ekonomi, oleh karena itu diperlukan otonomi ekonomi untuk memperkuat keberdayaan seseorang," tulis Hasnidar dalam jurnalnya, Pembuktian Strategi Pengarusutamaan Gender (PuG): Analisis Capaian Indeks Pemberdayaan Gender di Indonesia, dikutip pada Selasa (29/4/2025).
(Baca juga: Sebagian Perempuan RI Jadi Pencari Nafkah Utama Keluarga, Ini Pekerjaannya)