Selama periode 2019-2022 negara-negara ASEAN menerima foreign direct investment (FDI) atau investasi asing langsung untuk pengembangan industri kendaraan listrik sebesar US$25,57 miliar.
Hal ini dilaporkan Sekretariat ASEAN dalam ASEAN Investment Report yang dirilis September 2022.
"Meski pandemi, investor industri otomotif di ASEAN tetap aktif, terutama dalam rantai pasok kendaraan listrik," jelas Sekretariat ASEAN dalam laporannya.
"Kegiatan investasinya mulai dari sektor penambangan dan peleburan nikel, produksi baterai dan kendaraan listrik, serta penelitian dan pengembangan infrastruktur baru," lanjutnya.
Adapun menurut data Sekretariat ASEAN, selama 2019-2022 aliran investasi asing untuk industri kendaraan listrik di kawasan ASEAN paling banyak masuk ke Indonesia, dengan nilai total mencapai US$17,8 miliar.
Di urutan setelahnya ada Thailand, Malaysia, Filipina, dan Singapura seperti terlihat pada grafik. Sedangkan negara ASEAN lainnya, yaitu Myanmar, Kamboja, Laos, Vietnam, dan Brunei Darussalam tidak tercatat menerima aliran investasi asing serupa.
Berikut rincian perusahaan investor asing untuk industri kendaraan listrik di ASEAN periode 2019-2022:
1. Indonesia
- Foxconn (Taiwan): US$8 miliar
- CATL (Tiongkok): US$5,2 miliar
- Toyota Motor (Jepang): US$2 miliar
- Hyundai Motor (Korea Selatan): US$1,5 miliar
- Hyundai Motor & LG Chem (Korea Selatan): US$1,1 miliar
2. Thailand
- Foxconn (Taiwan): US$2 miliar
- Evlomo (Amerika Serikat): US$1,06 miliar
- Ford (Amerika Serikat): US$900 juta
- SAIC (Tiongkok): US$857 juta
- Mitsubishi Motors (Jepang): US$819 juta
- Toyota Motor (Jepang): US$741 juta
- Nissan (Jepang): US$367 juta
- Honda Motor (Jepang): US$136 juta
- GWM (Tiongkok): US$71 juta
- FOMM (Jepang): US$31 juta
- Mercedes-Benz (Jerman): US$20 juta
- BMW (Jerman): US$16 juta
- Energy Efficiency Services (India): US$5 juta
3. Malaysia
- SK Group (Korea Selatan): US$553 juta
- Toyota Motor (Jepang): US$65 juta
4. Filipina
- EN Plus (Korea Selatan): US$101 juta
5. Singapura
- Kymco (Tiongkok): US$30 juta
"Investasi yang kuat dalam rantai pasok kendaraan listrik diperkirakan akan terus berlanjut, mengingat sebagian besar negara anggota ASEAN mendukung pengembangan ekosistem dan pasar yang kompetitif, mendorong adopsi kendaraan listrik, dan menargetkan kebijakan nol-karbon," jelas Sekretariat ASEAN dalam laporannya.
(Baca: Meski BBM Naik, Kebanyakan Warga RI Tak Berminat Beralih ke Kendaraan Listrik)