Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, inflasi Indonesia sebesar 2,57% secara tahunan (year-on-year/yoy) dan 0,04% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Januari 2024.
Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti menjelaskan, tingkat inflasi bulanan pada awal 2024 lebih rendah dari bulan Desember 2023 yang sebesar 0,41%.
Amalia juga menjelaskan, terdapat sejumlah komoditas yang berkontribusi terhadap inflasi Januari 2024.
“Komoditas penyumbang inflasi adalah tomat, dengan andil inflasi sebesar 0,09%,” kata Amalia dalam konferensi pers secara daring, Kamis (1/2/2024).
Berikutnya ada bawang merah sebagai penyumbang inflasi terbesar kedua dengan andil 0,04%. Disusul beras dengan andil 0,03%.
Lalu ikan segar, daging ayam ras, bawang putih, dan sigaret kretek mesin (SKM) masing-masing memberikan andil inflasi 0,02% pada Januari 2024.
Ada pula komoditas yang menyumbang andil inflasi sebesar 0,01%, yakni kentang, sigaret putih mesin (SPM), jengkol, dan pisang.
“Adapun komoditas yang memberikan andil deflasi adalah cabai rawit dengan andil 0,11% serta cabai merah dan tarif angkutan udara dengan andil masing-masing sebesar 0,09%,” kata Amalia.
BPS juga mencatat, 25 dari 38 provinsi di Indonesia mengalami inflasi dan 15 provinsi lainnya deflasi.
Inflasi tertinggi nasional terjadi di Provinsi Papua Pegunungan, yaitu sebesar 1,01% (mtm). Sementara, deflasi terdalam terjadi di Provinsi Gorontalo sebesar 0,91%.
(Baca juga: Inflasi Makanan Indonesia Tertinggi ke-4 di ASEAN)