Presiden Joko Widodo alias Jokowi membuka peluang bagi investor Jerman untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Hal ini ia sampaikan dalam kunjungannya di pameran industri internasional, Hannover Messe di Jerman.
Menurut Jokowi, peluang investasi hingga 2060 mencapai US$1,5 triliun atau lebih dari Rp22,5 kuadriliun. Peluang investasi tersebut terdiri dari hilirisasi industri dan energi hijau.
Jokowi memperkirakan, total investasi yang dibutuhkan pada hilirisasi industri mencapai US$545,3 miliar atau lebih dari Rp8.000 triliun. Hal tersebut sejalan dengan peta jalan hilirisasi industri nasional hingga 2040. Apalagi, bakal ada pengembangan terhadap 21 komoditas dalam rencana tersebut.
"Indonesia tidak sedang menutup diri, justru kami sangat terbuka untuk investasi dan kerja sama dalam membangun industri hilir di Indonesia," ujar Jokowi dikutip dari Katadata.co.id, Senin (17/4/2023).
Komoditas yang telah masuk dalam program hilirisasi tersebut salah satunya nikel. Pemerintah menerbitkan kebijakan larangan ekspor pada akhir 2019 dan efektif berlaku pada awal 2020.
(Baca: Deretan Negara Penghasil Nikel Terbesar di Dunia pada 2022, Indonesia Nomor Satu)
Pada awal tahun ini, Kepala Negara mengumumkan hal yang sama terhadap bijih bauksit pada medio 2023. Menurut Jokowi, tujuan utama hilirisasi tersebut adalah pengembangan industri kendaraan listrik atau EV.
"Indonesia diberkahi sumber daya alam yang berlimpah, bonus demografi, pasar yang besar, dan ekonomi yang terjaga. Kami punya modal besar dan kami ingin menjadi pemain besar di industri EV," ujar Jokowi.
Mantan Walikota Solo ini mengatakan bahwa peluang investasi lainnya ada di sektor energi baru terbarukan atau EBT. Jokowi memperkirakan nilai investasi yang dibutuhkan mencapai US$1 triliun atau sekitar Rp1.500 triliun hingga 2060.
Investasi tersebut diperlukan agar pemerintah dapat menghentikan seluruh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) pada 2050. Adapun PLTU menggunakan batu bara sebagai sumber energi utama. Jokowi mengatakan, penggunaan EBT sebagai sumber energi pada 2025 ditargetkan menjadi 23% dari total portofolio energi.
Investasi tersebut nantinya akan digunakan sebagai pembiayaan transisi energi di dalam negeri agar EBT yang dihasilkan terjangkau bagi masyarakat. Maka dari itu, Jokowi mengajak investor Jerman untuk ikut membangun ekonomi hijau di Indonesia.
Terlepas dari peluang investasi Jerman di Indonesia, bagaimana tren investasi Negeri Panzer di tanah air?
Berdasarkan laporan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), nilai investasi Jerman di Indonesia sepanjang 2022 berjumlah US$195,49 juta.
Besaran nilai investasi Jerman ke RI menempati peringkat ke-18 terbesar pada tahun lalu, di bawah Kanada, Taiwan, dan Thailand.
Jika dilihat dalam beberapa tahun terakhir, tren investasi Jerman di Indonesia cenderung fluktuatif dalam satu dekade terakhir. Hal ini terlihat seperti grafik di atas.
Adapun nilai investasi dari Jerman di Indonesia tertinggi pada 2017 mencapai US$288,98 juta, sedangkan nilai terendahnya pada 2014 yang hanya US$50,16 juta.
Sepanjang periode 2012-2022, terdapat total 4.184 proyek investasi Jerman di Indonesia. Dari jumlah tersebut, proyek investasi Jerman paling banyak masuk pada 2020, yakni 1.008 proyek.
(Baca: Tertarik dengan Pembangunan IKN, Ini Riwayat Investasi Jepang ke Indonesia dalam Satu Dekade Terakhir)