Hasil survei Allianz menunjukkan, interupsi bisnis seperti macetnya rantai pasok menjadi risiko usaha terbesar pada 2021. Setidaknya ada 41% responden dalam survei tersebut yang memilih opsi tersebut, menjadi paling tinggi di antara risiko lainnya.
Responden yang menyatakan bahwa pandemi virus corona Covid-19 dan serangan siber sebagai risiko bisnis terbesar masing-masing tercatat mencapai 40%. Ini lantaran pandemi dianggap menjadi penyebab terjadinya krisis kesehatan dan pembatasan mobilitas, sementara serangan siber mengakibatkan kebocoran data dan pembayaran denda.
Sebanyak 19% responden menilai perkembangan pasar sebagai risiko bisnis terbesar, lantaran ada tingkat volatilitas, kompetisi yang kian sengit, atau fluktuasi pasar. Perubahan regulasi, seperti perang dagang dan sanksi ekonomi, juga memiliki persentase yang sama.
Sementara, ada 17% responden yang menganggap bencana alam sebagai risiko bisnis terbesar. Sebanyak 16% responden menilai kebakaran dan ledakan berbahaya bagi bisnis mereka.
Kemudian, 13% responden menilai risiko bisnis terbesar berupa perubahan iklim. Hanya 11% responden yang beranggapan bahwa ketidakstabilan kondisi politik yang menjadi risiko bisnis terbesar bagi mereka.
(Baca: PwC: Industri Perhotelan dan Hiburan Paling Terpukul Pandemi)
Allianz melakukan survei ini terhadap 2.769 responden yang merupakan pengguna jasa asuransi tersebut di 92 negara. Survei dilakukan pada Oktober-November 2020.