Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat persentase kemiskinan di Kota Salatiga pada 2024 sebesar 4,57 persen, sedikit turun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 4,66 persen. Jumlah penduduk miskin tercatat 9.330 jiwa dari total penduduk 198.372 jiwa.
Pertumbuhan angka kemiskinan di Kota Salatiga menunjukkan fluktuasi selama periode 2004-2024. Persentase kemiskinan terendah terjadi pada tahun 2024 dengan 4,57 persen dan tertinggi pada tahun 2004 sebesar 9,68 persen. Pertumbuhan angka kemiskinan terendah terjadi pada tahun 2013 dengan -9,99 persen dan tertinggi pada tahun 2021 sebesar 4,05 persen. Dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun terakhir (2022-2024), persentase kemiskinan saat ini lebih rendah.
(Baca: Jumlah Penduduk dan Persentase Kemiskinan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan | 2010 - 2024)
Secara nasional, Kota Salatiga berada pada peringkat 456 dalam hal persentase kemiskinan. Peringkat ini menunjukkan sedikit perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya yang berada di peringkat 461.
Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Jawa Tengah yang memiliki persentase kemiskinan berdekatan, Kota Salatiga menunjukkan angka yang relatif lebih baik. Kota Semarang memiliki persentase kemiskinan lebih rendah, sementara Kabupaten Jepara, Kota Magelang, dan Kota Pekalongan memiliki persentase kemiskinan lebih tinggi.
Kabupaten Jepara
Kabupaten Jepara menduduki peringkat 399 secara nasional dengan persentase kemiskinan sebesar 6,09 persen, mengalami penurunan turun 7,87 persen. Jumlah penduduk miskin mencapai 80.840 jiwa, mewakili sebagian kecil dari total populasi yang besar, yakni 1.275.501 jiwa. Garis kemiskinan di wilayah ini tercatat Rp 503.832 per kapita per bulan. Pertumbuhan penduduk Jepara mencapai 1,43 persen, dengan pendapatan per kapita yang relatif lebih rendah, yakni Rp 32,90 juta per tahun.
Kota Magelang
Dengan persentase kemiskinan 5,94 persen, Kota Magelang berada di peringkat 403 secara nasional. Jumlah penduduk miskin tercatat 7.250 jiwa. Pendapatan per kapita di Kota Magelang mencapai Rp 96,56 juta per tahun, dengan garis kemiskinan sebesar Rp 626.614 per kapita per bulan. Pertumbuhan ekonomi tercatat 7,34 persen. Pertumbuhan penduduk hanya 0,34 persen dari total populasi sebanyak 128.591 jiwa.
(Baca: Maret 2025, Garis Kemiskinan Makanan dan Nonmakanan di Papua Rp.714,37 Ribu /Kapita/Bulan)
Kota Pekalongan
Kota Pekalongan memiliki persentase kemiskinan sebesar 6,71 persen, menempatkannya pada peringkat 367 secara nasional. Jumlah penduduk miskin mencapai 21.160 jiwa. Pendapatan per kapita di kota ini adalah Rp 45,99 juta per tahun, dan garis kemiskinan tercatat Rp 605.312 per kapita per bulan. Kota ini mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 6,24 persen dan pertumbuhan populasi sebesar 0,2 persen dari total 318.182 jiwa.
Kota Semarang
Kota Semarang menunjukkan kinerja yang lebih baik dengan persentase kemiskinan 4,03 persen, menempatkannya pada peringkat 481 secara nasional. Jumlah penduduk miskin mencapai 77.790 jiwa, sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk yang sangat besar, yakni 1.699.585 jiwa. Garis kemiskinan di Kota Semarang adalah Rp 671.936 per kapita per bulan. Pendapatan per kapita tercatat Rp 156,57 juta per tahun. Kota ini mengalami pertumbuhan populasi sebesar 0,39 persen dan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,6 persen.