403 Titik Panas Terdeteksi di Indonesia Dalam 24 Jam Terakhir (Selasa, 5 Agustus 2025)

Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 403 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 313 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Selasa (5/8/2025) pukul 11.12 WIB. Dari 403 titik panas terdeteksi, 2 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 373 titik skala sedang, dan 28 titik skala rendah.

Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.

(Baca: Kualitas Udara Kabupaten Pelalawan Paling Bersih di Indonesia Pagi Ini (3/8))

Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Nusa Tenggara Timur sebanyak 120 titik. Nusa Tenggara Barat menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 84 titik. Jawa Timur berada di posisi ketiga sebanyak 30 titik panas.

Sebanyak 27 titik panas terdeteksi di Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara menyusul dengan 23 titik panas, serta Sumatera Barat dan Sulawesi Tengah masing-masing memiliki 16 dan 13 titik panas terdeteksi.

Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.

Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.

(Baca: Kualitas Udara Banda Aceh Paling Bersih di Indonesia Pagi Ini (20/7))