Badan PBB bagian pengungsi, United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) menerima US$634 juta atau Rp10,39 triliun (asumsi kurs Rp16.397 per US$) dalam bentuk dana fleksibel dari berbagai donor pada 2024, menurut data yang dihimpun Statista.
Angka itu US$400 juta lebih rendah dibandingkan dengan perolehan periode yang sama tahun sebelumnya.
Statista menjelaskan, dana ini disebut pendanaan fleksibel, artinya tidak diperuntukkan bagi operasi tertentu dan dapat didistribusikan secara bebas sesuai dengan kebutuhan. Maka, UNHCR bisa memberikan respons yang lebih cepat ketika ada krisis yang muncul.
Negara yang menerima funding terbanyak adalah Ukraina dengan total pendanaan tercatat US$36,1 juta (Rp591,94 miliar) pada 2024. Kedua ada Libanon sebesar US$33,7 juta (Rp552,59 miliar). Sementara ketiga adalah Sudan, sebesar US$32,2 juta (Rp527,99 miliar).
"Sekitar 6% dari dana fleksibel yang diterima digunakan untuk operasi UNHCR di Ukraina, dengan tambahan 5% dialokasikan untuk program-program di Lebanon dan Sudan," tulis Florian Zandt, jurnalis data Statista pada Rabu (19/6/2024).
Selanjutnya ada Ethiopia sebesar US$28,3 juta (Rp464,04 miliar) dan Sudan Selatan sebesar US$27,7 juta (Rp454,20 miliar).
Statista menjelaskan, Sudan Selatan jadi salah satu negara yang mengalami krisis kemanusiaan paling parah dalam sejarah baru-baru ini, dengan sekitar enam juta orang tambahan yang mengungsi akibat perang yang berlangsung sejak April 2023. Selain itu ada 25 juta orang Sudan yang membutuhkan bantuan darurat pada akhir 2023. UNHCR dilaporkan menerima US$196 juta (Rp3,21 triliun) pada 2023 untuk misinya di Sudan.
"Namun, badan tersebut mengatakan bahwa mereka membutuhkan US$506 juta (Rp8,29 triliun) untuk mengimplementasikan semua rencana. Sekitar setengah dari dana ini, yaitu US$86 juta (Rp1,41 triliun) disediakan oleh Amerika Serikat," tulis Statista.
Adapun penyumbang pendanaan fleksibel ini terbesar berasal dari Swedia, yakni US$107,9 juta (Rp1,76 triliun). Disusul Amerika Serikat sebesar US$76,1 juta (Rp1,24 triliun); Norwegia US$71,7 juta (Rp1,17 triliun); Jerman US$47,8 juta (Rp783,79 miliar); dan Denmark US$45,3 juta (Rp742,80 miliar).
(Baca juga: Bangladesh hingga Indonesia Jadi Suaka bagi Pengungsi Rohingya)