210 Titik Panas Terdeteksi di Indonesia Dalam 24 Jam Terakhir (Rabu, 14 Mei 2025)
- A Kecil
- A Sedang
- A Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 210 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini bertambah 19 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Rabu (14/5/2025) pukul 11.53 WIB. Dari 210 titik panas terdeteksi, 3 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 204 titik skala sedang, dan 3 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Papua Barat Catat Jumlah Rumah Rusak Sedang akibat Bencana Alam Sebanyak 3 Unit)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Maluku Utara sebanyak 46 titik. Kalimantan Barat menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 21 titik. Sumatera Barat berada di posisi ketiga sebanyak 20 titik panas.
Sebanyak 19 titik panas terdeteksi di Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah menyusul dengan 18 titik panas, serta Sulawesi Tenggara dan Jambi masing-masing memiliki 12 dan 12 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Ada 2 Ribu Bencana Alam di Indonesia pada 2024, Banjir Mendominasi)