909 Hotspot Terdeteksi di Indonesia Dalam 24 Jam Terakhir (Senin, 25 Agustus 2025)
- A Kecil
- A Sedang
- A Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 909 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 930 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Senin (25/8/2025) pukul 11.30 WIB. Dari 909 titik panas terdeteksi, 11 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 871 titik skala sedang, dan 27 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Kualitas Udara di Indonesia Sedikit Membaik pada 2021)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Kalimantan Barat sebanyak 649 titik. Nusa Tenggara Timur menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 73 titik. Nusa Tenggara Barat berada di posisi ketiga sebanyak 70 titik panas.
Sebanyak 43 titik panas terdeteksi di Jawa Timur, Jawa Tengah menyusul dengan 12 titik panas, serta Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan masing-masing memiliki 10 dan 10 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Survei Kurious: Banyak Orang Merasa Kualitas Udara Indonesia Buruk)