Kementerian LHK: Jumlah Titik Panas di Indonesia Capai 92 Dalam 24 Jam Terakhir (Kamis, 27 November 2025)
- A Font Kecil
- A Font Sedang
- A Font Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 92 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 161 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Kamis (27/11/2025) pukul 11.12 WIB. Dari 92 titik panas terdeteksi, 2 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi dan 90 titik skala sedang.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Gempa Bumi Berkekuatan 4.8 M Guncang 219 Km Timur Dari Levuka,)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Jambi sebanyak 27 titik. Sumatera Selatan menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 23 titik. Maluku berada di posisi ketiga sebanyak 8 titik panas.
Sebanyak 6 titik panas terdeteksi di Nusa Tenggara Timur, Maluku Utara menyusul dengan 6 titik panas, serta Papua Tengah dan Kepulauan Bangka Belitung masing-masing memiliki 5 dan 4 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Jumlah Korban Bencana Gempa Bumi di Indonesia pada 2020-2024)