Kemampuan sains pelajar Indonesia tergolong rendah di skala ASEAN.
Hal ini terlihat dari laporan Programme for International Student Assessment (PISA) 2022 yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD).
PISA mendefinisikan kemampuan sains sebagai "kemampuan menggunakan pengetahuan ilmiah untuk mengidentifikasi persoalan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan suatu fenomena, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti tentang isu-isu terkait sains".
Untuk mengukur kemampuan tersebut, PISA melakukan tes dan survei kepada sampel pelajar berusia 15 tahun dari puluhan negara.
PISA kemudian mengklasifikasikan kemampuan sains menjadi 7 level, dari level tertinggi 6, 5, 4, 3, 2, 1a, sampai 1b. Makin tinggi angkanya, kemampuannya diasumsikan semakin baik.
(Baca: PISA 2022: Skor Literasi Membaca Indonesia Turun)
Pada 2022 pelajar Indonesia memperoleh skor kemampuan sains 383 poin, peringkat ke-6 dari 8 negara ASEAN yang ikut tes PISA.
Dengan perolehan skor 383, pada 2022 kemampuan sains pelajar Indonesia masuk ke level 1a.
Artinya, secara umum pelajar Indonesia mampu menggunakan ilmu pengetahuan dasar untuk mengidentifikasi fenomena ilmiah sederhana.
Mereka juga mampu mengidentifikasi hubungan sebab-akibat atau korelasi sederhana, serta menafsirkan data grafis dan visual sederhana.
Namun, pelajar dengan kemampuan ilmiah level 1a belum bisa menggunakan konsep abstrak untuk menjelaskan fenomena yang lebih kompleks, membuat hipotesis, prediksi, ataupun mempertanyakan dan mengidentifikasi keterbatasan data ilmiah.
Adapun negara tetangga yang skor sainsnya sangat tinggi adalah Singapura, yakni 561.
Skor tersebut menjadikan Singapura juara di ASEAN, sekaligus peringkat pertama dari 81 negara peserta tes PISA.
Dengan skor 561, pelajar Singapura secara rata-rata memiliki kemampuan ilmiah level 4, mampu menggunakan pengetahuan yang lebih kompleks/abstrak untuk menjelaskan peristiwa yang lebih rumit.
Pelajar Singapura juga umumnya bisa melakukan eksperimen dengan prosedur ilmiah, menafsirkan data yang cukup kompleks, menarik kesimpulan yang relevan, serta merumuskan justifikasi ilmiah untuk jawaban mereka di dalam tes.
(Baca: PISA 2022: Kemampuan Membaca Pelajar Indonesia Tergolong Rendah di ASEAN)