Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 126 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 43 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Sabtu (30/11/2024) pukul 11.23 WIB. Dari 126 titik panas terdeteksi, 4 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 116 titik skala sedang, dan 6 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Gempa Bumi Berkekuatan 4.5 M Guncang 14 Km Utara Dari San Carlos,)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Kalimantan Timur sebanyak 35 titik. Papua Barat menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 18 titik. Sulawesi Tengah berada di posisi ketiga sebanyak 17 titik panas.
Sebanyak 11 titik panas terdeteksi di Jawa Timur, Maluku Utara menyusul dengan 9 titik panas, serta Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Selatan masing-masing memiliki 9 dan 6 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Gempa Bumi Berkekuatan 4.7 M Guncang Kepulauan Bonin, Wilayah)