878 Hotspot Terdeteksi di Indonesia Dalam 24 Jam Terakhir (Senin, 18 Agustus 2025)
- A Kecil
- A Sedang
- A Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 878 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini bertambah 98 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Senin (18/8/2025) pukul 11.54 WIB. Dari 878 titik panas terdeteksi, 27 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 825 titik skala sedang, dan 26 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Sebaran Titik Banjir Jakarta (8 Juli 2025 Pukul 07.00 WIB))
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Kalimantan Barat sebanyak 336 titik. Sumatera Utara menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 150 titik. Nusa Tenggara Timur berada di posisi ketiga sebanyak 127 titik panas.
Sebanyak 55 titik panas terdeteksi di Kepulauan Bangka Belitung, Aceh menyusul dengan 55 titik panas, serta Jawa Timur dan Sumatera Selatan masing-masing memiliki 43 dan 22 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Peristiwa Bencana Banjir di Indonesia Meningkat Periode 2008-2025)