776 Titik Panas Terdeteksi di Indonesia Dalam 24 Jam Terakhir (Sabtu, 1 November 2025)
- A Kecil
- A Sedang
- A Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 776 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 207 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Sabtu (1/11/2025) pukul 11.53 WIB. Dari 776 titik panas terdeteksi, 14 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 724 titik skala sedang, dan 38 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Kalbar Punya Kualitas Udara Terburuk di Indonesia Pagi Ini (Jumat, 18 Agustus 2023))
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Sumatera Selatan sebanyak 111 titik. Sumatera Utara menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 106 titik. Bengkulu berada di posisi ketiga sebanyak 74 titik panas.
Sebanyak 65 titik panas terdeteksi di Kepulauan Bangka Belitung, Sumatera Barat menyusul dengan 59 titik panas, serta Jambi dan Nusa Tenggara Timur masing-masing memiliki 45 dan 41 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Mayoritas Warga Indonesia Akses Informasi Kualitas Udara dari Media Sosial)