Kementerian LHK Temukan 79 Titik Panas di Indonesia, Terbanyak di Nusa Tenggara Timur (Minggu, 6 April 2025)


Nama Data | Nilai |
---|---|
Nusa Tenggara Timur | 21 |
Kalimantan Timur | 20 |
Sulawesi Tengah | 7 |
Jawa Timur | 6 |
Jawa Tengah | 6 |
Kalimantan Selatan | 6 |
Maluku Utara | 5 |
Banten | 4 |
Jawa Barat | 1 |
Kalimantan Barat | 1 |
- A Font Kecil
- A Font Sedang
- A Font Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 79 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini bertambah 14 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Minggu (6/4/2025) pukul 11.14 WIB. Dari 79 titik panas terdeteksi, 1 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 74 titik skala sedang, dan 4 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Penerima Rumah Susun 2022, Terbanyak Korban Bencana Alam)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Nusa Tenggara Timur sebanyak 21 titik. Kalimantan Timur menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 20 titik. Sulawesi Tengah berada di posisi ketiga sebanyak 7 titik panas.
Sebanyak 6 titik panas terdeteksi di Jawa Timur, Jawa Tengah menyusul dengan 6 titik panas, serta Kalimantan Selatan dan Maluku Utara masing-masing memiliki 6 dan 5 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Ada Ratusan Bencana Alam sampai Awal April 2024, Banjir Terbanyak)