KLHK Deteksi 332 Titik Panas di Indonesia, Terbanyak di Nusa Tenggara Timur (Selasa, 15 Juli 2025)
- A Kecil
- A Sedang
- A Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 332 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 322 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Selasa (15/7/2025) pukul 11.02 WIB. Dari 332 titik panas terdeteksi, 5 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 322 titik skala sedang, dan 5 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Tren Letusan Gunung Berapi dalam Beberapa Tahun Terakhir)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Nusa Tenggara Timur sebanyak 92 titik. Nusa Tenggara Barat menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 38 titik. Kalimantan Timur berada di posisi ketiga sebanyak 36 titik panas.
Sebanyak 30 titik panas terdeteksi di Riau, Jawa Timur menyusul dengan 27 titik panas, serta Kalimantan Barat dan Maluku Utara masing-masing memiliki 17 dan 17 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Indonesia Punya Gunung Berapi Aktif Terbanyak di Dunia)