Indeks Ketimpangan Gender Yogyakarta Memburuk pada 2024

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Ketimpangan Gender (IKG) Provinsi Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta memburuk pada 2024.

IKG merupakan ukuran ketimpangan gender dalam tiga dimensi, yaitu kesehatan reproduksi, pemberdayaan, dan pasar tenaga kerja.

Nilai IKG yang kecil menunjukkan ketimpangan antara laki-laki dan perempuan yang rendah (semakin baik). Sebaliknya, nilai IKG yang besar menunjukkan ketimpangan antara laki-laki dan perempuan yang tinggi (semakin buruk).

Pada 2024, IKG Yogyakarta mencapai 0,163 dari skala 0-1 poin. Angkanya meningkat dibanding 2023, mengindikasikan ketimpangan gender yang memburuk.

Dalam dimensi kesehatan reproduksi, BPS mengukur proporsi perempuan berusia 15-49 tahun yang dalam 2 tahun terakhir melahirkan anak di luar fasilitas kesehatan (MTF), serta proporsi perempuan berusia 15-49 tahun yang melahirkan anak pertama saat ia belum berusia 20 tahun (MHPK20).

Pada 2024, angka MTF Yogyakarta adalah 0 poin, mengindikasikan tidak ada perempuan yang melahirkan di luar fasilitas kesehatan. Namun, MHPK20 di Yogyakarta sebesar 0,140 poin, mengindikasikan masih ada perempuan yang melahirkan di usia belia.

Dalam dimensi pemberdayaan, persentase anggota legislatif perempuan di Yogyakarta jauh lebih rendah (16,36%) dibanding laki-laki (83,64%). Ada juga kesenjangan pendidikan, di mana proporsi laki-laki yang berpendidikan SMA ke atas mencapai 53,72%, sedangkan perempuan 48,98%.

Kemudian dalam dimensi pasar tenaga kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki di Yogyakarta juga lebih tinggi (83,27%) ketimbang perempuan (66,59%).

(Baca: Tingkat Ketimpangan Gender di Jakarta Semakin Turun pada 2024)