Economist Intelligence Unit (EIU) kembali menghimpun skor Indeks Demokrasi/Democracy Index di kelompok ASEAN pada 2024.
Skor tertinggi dikantongi oleh Malaysia dengan skor 7,11 dari skala 0-10 poin pada tahun lalu.
Kedua, Timor Leste sebesar 7,03 poin. Skor Timor Leste itu lebih tinggi dari Filipina yang di posisi ketiga sebesar 6,63 dan Indonesia di posisi keempat sebesar 6,44.
Sementara di bawah Indonesia ada Thailand, Singapura, hingga Myanmar seperti terlihat pada grafik.
Namun, dari 11 negara anggota ASEAN, tak ada satupun yang dinilai sudah menerapkan demokrasi penuh pada 2024.
Mayoritas atau enam negara ASEAN masuk kategori demokrasi cacat, yaitu Malaysia, Timor Leste, Filipina, Indonesia, Thailand, dan Singapura.
Kemudian empat negara lainnya masuk kategori otoriter, yaitu Kamboja, Vietnam, Laos, dan Myanmar. Sementara satu negara sisanya, yaitu Brunei Darussalam, tidak tercatat dalam indeks EIU.
Berikut empat kategori rezim berdasarkan skor indeks dari EIU:
- Skor >8: demokrasi penuh (full democracy)
- Skor >6 sampai ≤8: demokrasi terbatas (flawed democracy)
- Skor >4 sampai ≤6: rezim hibrida (hybrid regime)
- Skor ≤4: rezim otoriter (authoritarian regime).
Berdasarkan penjelasan EIU, negara-negara yang masuk kelompok demokrasi cacat (flawed democracy) umumnya sudah memiliki sistem pemilu yang bebas dan adil, serta menghormati hak kebebasan sipil dasar.
Namun, di negara demokrasi cacat, tingkat kebebasan pers masih cenderung rendah. Budaya politiknya cenderung antikritik, partisipasi politik warga lemah, dan kinerja pemerintahnya belum optimal.
Adapun negara-negara yang masuk kategori otoriter biasanya dipimpin oleh diktator, yakni pemerintahan yang memiliki kekuasaan mutlak.
Negara otoriter tidak memiliki pluralisme politik, kebebasan sipil sangat dibatasi, media massa biasanya dimiliki rezim penguasa, banyak represi atau sensor kritik terhadap pemerintah, dan lembaga peradilan tidak independen.
(Baca juga: EIU: Skor Indeks Demokrasi Indonesia Turun pada 2024)