477 Titik Panas Terdeteksi di Indonesia Dalam 24 Jam Terakhir (Minggu, 6 Juli 2025)
- A Font Kecil
- A Font Sedang
- A Font Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 477 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini bertambah 131 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Minggu (6/7/2025) pukul 11.52 WIB. Dari 477 titik panas terdeteksi, 15 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 451 titik skala sedang, dan 11 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: 55 Bencana Terjadi pada Tengah September 2023, Karhutla Mendominasi)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Sumatera Utara sebanyak 180 titik. Aceh menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 126 titik. Kalimantan Barat berada di posisi ketiga sebanyak 84 titik panas.
Sebanyak 16 titik panas terdeteksi di Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur menyusul dengan 15 titik panas, serta Maluku Utara dan Riau masing-masing memiliki 12 dan 11 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Kalimantan Barat Hasilkan Emisi CO2 dari Karhutla Terbanyak sampai Juli 2023)