KLHK Temukan 453 Hotspot di Indonesia, Terbanyak di Kalimantan Barat (Rabu, 9 Juli 2025)
- A Font Kecil
- A Font Sedang
- A Font Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 453 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini bertambah 78 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Rabu (9/7/2025) pukul 11.58 WIB. Dari 453 titik panas terdeteksi, 11 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 414 titik skala sedang, dan 28 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Jumlah Rumah yang Kebanjiran di Jabodetabek 6 Juli 2025, Tangsel Terbanyak)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Kalimantan Barat sebanyak 122 titik. Nusa Tenggara Timur menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 115 titik. Nusa Tenggara Barat berada di posisi ketiga sebanyak 42 titik panas.
Sebanyak 26 titik panas terdeteksi di Jawa Timur, Jambi menyusul dengan 26 titik panas, serta Sumatera Utara dan Kalimantan Timur masing-masing memiliki 18 dan 13 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Peristiwa Bencana Banjir di Indonesia Meningkat Periode 2008-2025)